Obrolan Kecil di Hari Pemilihan Kepala Desa

 

Pagi itu, sekira pukul 08.00 sembari berangkat dinas mencari nafkah, mampir terlebih dahulu di salah satu tempat pemungutan suara (TPS) kebetulan hari itu, Rabu 10 Desember tahun 2025 adalah momen hajat demokrasi masyarakat desa yaitu memilih kepala desanya yang baru dan tentu harapan baru untuk kemajuan desanya, setelah mendaftarkan diri menyerahkan amanat ini ke bilik tempat pemungutan suara TPS dengan menyerahkan formulir model C-1 kepada panitia, saya mencari tempat yang ringan untuk sambil menunggu nama disebut, sembari menunggu sebelum bapak-bapak (seorang kakek) di samping ini menyuarakan isi hatinya, saya sapa terlebih dahulu dengan sapaan ala orang desa, ini dan itu dan sampailah pada titik poin dari tulisan ini, 

Petani sekarang hanya hidup di antara (Rendeng dan Ketiga) Panen musim hujan dan Panen musim kemarau, maksudnya Pak?, saya sahut dengan senyum. beliau semakin mengencangkan suaranya seperti diselimuti keresahan yang ingin diungkapkan di depan para dewan perwakilan rakyat (DPR) pada tahun 80-90 an jika musim tanam kami bisa turun ke jalan, beliau berhenti sejenak seperti menunggu reaksi saya atas diksi yang dipilihnya "turun ke jalan" sambil menatap ekpresi wajah saya beliau melanjutkan, menjelaskan kalimatnya itu, di tahun-tahun tersebut, becak, buruh unjal masih laris manis, sehingga saya memiliki uang untuk kehidupan sehari-hari menanti musim panen tiba, ya sekadar untuk membeli bahan makanan pokok, cukuplah, tapi sekarang orang pergi ke pasar, membeli ini dan itu berangkat sendiri, tanpa memerlukan jasa pengantar seperti orang tani dulu.

Sekarang ini uang panen kami, habis tidak hanya untuk modal awal tanam, penyediaan pupuk, sewa traktor (belum lagi, masalah jasa traktor kelompok tani harus menunggu mereka siap, padahal  sawah saya sudah siap dibajak, cuma permaslahannya seperti itu, menunggu jasa traktor. Menurut saya, kata beliau, lebih efektif sebelum ada kelompok tani, bagi mereka yang memiliki traktor selalu siaga, siapapun sawahnya yang sudah siap dibajak ya jalan) kembali ke hidup petani jaman sekarang tidak menentu Nang (panggilan khas orang Indramayu).

Dev. Mulani

Reactions

Posting Komentar

0 Komentar