SALAH TEKAN / SALAH
PENCET
Oleh. Dev
Pada satu siang yang
cerah, seperti biasanya para siswa Madrasah atau Sekolah Dasar pulang ke rumah
masing-masing begitu juga seorang anak nan cerdas bernama Paejo dalam
perjalanan menuju rumahnya. Sedangkan di rumahnya Ayahnya Pak Tejo sudah
menunggu ke datangannya sambil membaca koran.
Tejo : “Mantap skali aku, baca koran sambil
minum kopi, macam orang gedongan saja aku, alama! Padahal kopi cap Ceret saja
aku dapat ngutang. Pusing skali aku, Ah, Sudahlah! Daipada mikirin gali lobang
tutup lobang mendingan aku baca lagi ni koran. Di London seorang nenek-nenek
tewas diinjak sapi, Astagfirullah!, menurut keterangan saksi mata kejadian tersebut terjadi karena
kesalahpahaman si korban, diduga si korban sedang memeras susu sapinya, untuk
dijual ke penada susu, karena si korban ini sudah pikun si korban salah pencet
seharusnya yang diperas itu susu sapi perempuannya malah sapi laki-lakinya,
sapinya pun mengamuk menginjak-menginjak tubuh si korban sampai tewas di tempat
kejadian. Alamak …, macam mana sapi itu tak marah asal pencet-pencet saja itu
nenek. Alah macam-macam saja ini berita!”
Satu
menit kemudian Paejo pulang dengan muka yang
riang menyapa ayahnya yang disayang dengan salam.
Paejo : “Assalamualaikum ...”
Tejo : “Walaaikumsalam Wr”
Paejo : “Pak, ada bayaran sekolah ini Pak!”
Tejo : “Bah, bayaran apa lagi kau ini Jo!
Belum satu minggu kau kan minta bayaran, sekarang kau minta lagi, bikin pusing
saja kau ini!”
Paejo : “Itu bayaran kas bulanan bapak, kalau
ini untuk nanti kemah di gunung, asyik loh Pak, Paejo boleh ikut ya Pak, boleh
ya…!”
Tejo : “Jo, bapak mu ini lagi tak punya
duit, katanya sekolah kau kan dapat bantuan dari pemerintah, pastinya segala
sesuatunya ditanggung sekolah”
Paejo :
“Ya tidak semuanya lah pak, yang lainnya sih saya tidak tahu, itu kan
urusannya Pak guru”
Tejo : “Jo, jangan-jangan guru-guru kau
itu korupsi!”
Paejo : “Yang benar saja kalau ngomong
bapak….!”
Tejo : “Kalau tak begitu, ya apa lagi Jo?”
Paejo : “Pak, jangan keterlaluan lah! Menuduh
itu dosa besar!”
Tejo : “Ok, sekarang juga bapak samperin
guru kau itu! Kalau benar guru kau itu korupsi, hemm!, akan bapak seret ke
kantor polisi”
15
menit kemudian
Tejo : “Assalamualaikum!”
Sarmin : “Walaikumsalam Wr, Eh…, Pak Tejo silahkan
masuk Pak, mangga duduk Pak! Aduh tumben pisan bapak teh main ke rumah saya”
Tejo : “Iya Pak, ada yang perlu saya
sampaikan!”
Sarmin : “Oh iya bapak teh mau minum apa? Kopi,
Teh, Es Kebo apa Es Balok?
Tejo : “Yang bener saja bapak ini, masa
saya dihidangin Es Balok, macam-macam saja!”
Sarmin : “Ah bapak, saya teh hanya becanda atuh
Pak, gitu saja kok marah, jadi pak Tejo teh mau minum apa?”
Tejo : “Terserah kau saja lah Pak!
Sarmin : “Sebentar
ya pak, Mah…, bikinin kopi dua Mah, jangan pake gula!”
Tejo : “Alamak, Pak emangnya saya ini dukun
santet apa? Kopi tidak dikasih gula!
Sarmin : “Oh maaf Pak, Mah … kopinya yang satu
dikasih gula ya!” Oh iya bapak teh kesini ada keperluan apa ya? Mungkin saya
teh bisa bantu”
Tejo : “Begini Pak, langsung saja ke point katanya
sekolah kan dapat bantuan dari pemerintah, itu betul kan Pak?
Sarmin : “Iya itu teh betul”
Tejo : “Tapi kenapa anak saya si Paejo
masih sering dimintai bayaran, kan sudah ada duit dari pemerintah itu Pak!”
Sarmin : “Ya tidak semuanya atuh Bapak, uang itu
kan buat kepentingan sekolah seperti membeli buku-buku murid, peralatan kelas,
kantor, honor para guru dan semua fasilitas sekolah, kalau semuanya teh
ditunjang pakei uang itu, ya mana cukup atuh Pak!
Tejo : “Oh…, jadi begitu Pak, aduh saya
minta maaf nih Pak, sebab saya salah sangka, saya sudah menuduh bapak dan tolong sampaikan maaf saya kepada
guru-guru yang lain!”
Sarmin : ”Iya Pak sama-sama, dan Insya Allah saya
teh akan sampaikan permohonan maaf bapak kepada para guru yang lain besok”
Tejo : “Terimakasih banyak ya Pak!”
0 Comments